Kategori: Kebudayaan

Larangan-Larangan Atau Pantangan Saat Liburan Di Bali

No Comments

Larangan-Larangan Atau Pantangan Saat Liburan Di Bali

Larangan atau pantangan tersebut berlaku bagi semua orang tidak hanya pendatang ataupun wisatawan yang liburan ke pulau Bali, termasuk juga warga lokal. Ada sejumlah larangan atau aturan adat ada yang tertulis dalam bentuk awig-awig yang tentunya di berlakukan sanksi adat juga.

1. Saat cuntaka atau sebel

Larangan atau hal yang tidak boleh bagi wanita yang sedang datang bulan (menstruasi) berkunjung ke tempat suci Pura dan juga pantangan bagi mereka yang sedang cuntaka lainnya seperti ada keluarga meninggal. Bagi yang sedang cuntaka (sebel) tersebut di larang untuk masuk ke areal pura, jika itu di langgar bisa terjadi hal-hal buruk.

Baca juga : Adat Kebiasaan Orang Bali

2. Hari Raya Nyepi

Jika kebetulan saat hari Nyepi anda liburan di pulau Bali, maka sejumlah larangan pada saat perayaan Hari Raya Nyepi, tidak boleh keluar rumah, menyalakan lampu, beraktivitas ataupun membuat kegaduhan jika itu di langgar akan di kenakan sanksi adat yang sanksinya di sesuaikan dengan awig desa adat pakraman bersangkutan. Perlakuan khusus tentu berbeda saat keadaan darurat.

3. Pakaian ke pura

Larangan berpakaian tidak sopan ke pura, banyak pura di Bali di jadikan sebagai objek wisata, sehingga banyak orang asing di luar warga Hindu yang datang berkunjung, untuk setiap pengunjung ke tempat suci wajib memakai kamben (kain) dan selendang di ikatkan di pinggang. Kalau itu tidak di lakukan anda tidak boleh masuk atau bisa di tegur oleh petugas atau warga setempat.

4. Berbicara dan etika di tempat suci

Liburan dan tour dengan agenda ke tempat suci pura, maka pantangan berbicara kasar, beretika kurang baik di kawasan tempat suci, seperti naik ke pelinggih (bangunan suci), apalagi membuat onar, atau perbuatan tercela lainnya itu tidak boleh di lakukan, karena kalau itu di langgar di yakini itu akan berakibat tidak baik dan menemukan hal-hal buruk bagi kehidupan anda.

5. Etika di jalan saat ada upacara keagamaan

Pantangan berbicara atau bersikap kasar seperti mengumpat ataupun membunyikan klakson berulang-ulang saat jalanan macet karena sedang dalam prosesi upacara keagamaan, seperti Ngaben ataupun Melasti, jika itu anda lakukan berarti tidak menghargai budaya lokal, dan bisa membuat warga tersinggung.

6. Menginjak sesajian

saat liburan di pulau Bali, di perhatikan juga ketika anda jalan-jalan, karena larangan dengan sengaja menginjak persembahan umat Hindu seperti sesajen berupa canang, yang banyak di lakukan di pinggir jalan atau pada trotoar seperti di depan warung, toko ataupun rumah. Jika tidak sengaja terinjak juga itu tidak masalah, namun akan lebih baik bilang maaf kepada orang di sana atau minimal maaf dalam hati saja.

Categories: Kebudayaan

Adat Kebiasaan Orang Bali

No Comments

Adat Kebiasaan Orang Bali

Masyarakat pulau Dewata Bali memiliki beberapa adat kebiasaan, jika anda wisatawan yang sedang liburan di pulau Bali dan sedang dalam perjalanan wisata tour, mungkin ada beberapa adat unik Bali yang anda temukan di sepanjang perjalanan atau dalam kehidupan keseharian orang Bali, di antaranya :

1. Mesaiban

Sebuah ritual yang bertujuan untuk melakukan persembahan kepada Bhuta Kala. Ritual kecil ini di lakukan setiap pagi setelah ibu-ibu memasak, sebelum di mulainya acara makan pagi. Kebiasaan yang menjadi sebuah budaya. Di lakukan setiap hari ini sebagai wujud terima kasih atas apa yang kita dapat hari ini. Dengan memberikan persembahan kepada makhluk ciptaan-Nya, agar Bhuta Kala ini tidak mengganggu aktifitas manusia.

Baca juga : Larangan-Larangan Atau Pantangan Saat Liburan Di Bali

2. Ngejot

Saling memberi (berupa makanan) kepada sesama. Memberikan makanan kepada warga lainnya yang tidak melakukan hajatan, karena tidak setiap upacara keagamaan di Bali itu di lakukan bersamaan. Upacara keagamaan berkaitan dengan manusia seperti otonan, 3 bulanan, upacara di pura pekarangan ataupun syukuran.

Bahkan budaya dan tradisi ngejot tidak hanya untuk kalangan warga Bali Hindu saja. Tetapi kebiasaan ngejot juga antara warga Hindu dengan non Hindu. Sehingga menguatkan ikatan sosial di masyarakat dan bisa saling mengenal dengan baik. Dengan adanya budaya ngejot ini menguatkan ikatan persaudaraan dengan sesamanya tidak memandang latar belakang ataupun agama.

3. Pohon besar dibungkus kain

Beberapa pohon besar terkadang bagian batang pohon paling bawah di bungkus dengan kain. kalau sudah seperti itu, oleh warga di yakini pohon tersebut ada penghuninya (dari alam lain) dan di kenal angker. Biasanya ada sebuah pelinggih untuk tempat persembahan. Sehingga orang yang melintas paham bahwa tidak boleh sembarangan berbuat di areal tersebut. Apalagi berkeinginan untuk menebangnya. Makhluk dari alam lain di berlakukan dengan baik, tidak di usir ataupun di tentang keberadaannya tetapi tetap juga di berikan upah agar tidak mengganggu manusia.

4. Memenjor

Keberadaan penjor ini sangat terkenal di Bali selain sebagai hiasan ataupun dekorasi juga yang terpenting adalah bermakna sakral untuk keperluan kegiatan keagamaan. menyimbulkan Gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan dan simbul dari Naga Basukih yang juga sebagai lambang kemakmuran.

5. Melasti

Sebuah upacara keagamaan dengan prosesi berjalan beriringan baik itu dengan berjalan kaki ataupun dengan kendaraan bermotor. Membawa dan mengusung segala bentuk benda-benda sakral pada sebuah pura untuk menuju sumber air. Seperti ke laut ataupun mata air, dan upacara Ngaben ini di ikuti oleh banyak orang bahkan bisa sampai ribuan.

Categories: Adat, Kebudayaan

Tari Legong – Sejarah, Makna, & Gerakan

No Comments

Tari Legong - Sejarah, Makna, & Gerakan

Tari Legong – Bali adalah salah satu ujung tombak pariwisata Indonesia. Pulau yang di kenal dengan sebutan Pulau Dewata ini memiliki segudang potensi wisata, meliputi wisata alam dan wisata adat dan budaya.

Baca juga : Mengenal Sejarah Seni Topeng

Wisata alam Bali menawarkan keindahan panorama pantai-pantai yang begitu indah. Sedangkan terkait kebudayaan, Bali memiliki beberapa jenis tari daerah seperti Tari Kecak dan Tari Legong yang tidak lekang tergerus perkembangan zaman.Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai tari legong, sebuah tarian tradisional asli Bali. Tari ini mencerminkan keanggunan, keelokan serta kelihaian para penari Bali. Umumnya tarian legong di pentaskan saat upacara adat atau ketika menyambut tamu wisatawan.

Sejarah Tari Legong

Kemunculan tarian legong berasal dari lingkungan keraton-keraton di Bali pada paruh kedua abad ke-18. Konon tarian ini lahir dari mimpi seorang pangeran kerajaan. Cerita rakyat yang berkembang percaya bahwa pangeran yang bernama Sukawati mengalami mimpi tersebut ketika sedang sakit.

Dalam mimpinya, sang pangeran melihat 2 orang wanita tengah menari dengan sangat anggun dengan iringan musik tradisional gamelan khas Bali. Gerakan tari yang di bawakan serta alunan musik tersebut membuat Pangeran Sukawati mengilustrasikannya dalam gerakan koreografi di bantu oleh bendesa atau pemimpin adat ketewel. Selanjutnya tarian ini juga berkembang menjadi tari dalam acara keagamaan ataupun kepercayaan animisme. Tari legong juga tidak dapat di lepaskan dengan budaya Hindu Istana dan Hindu Dharma.

Makna Tarian Legong

Tari legong memuat unsur atau tema tentang nilai keagamaan dan sejarah dalam budaya Bali. Gerakan dalam tarian ini merupakan wujud dari ungkapan rasa syukur dan terimakasih rakyat Bali terhadap nenek moyang yang memberikan keberkahan melimpah untuk keturunannya.

Akan tetapi seiring perkembangan zaman, makna tari legong tidak hanya terbatas pada hal tersebut, namun juga bertransformasi menjadi tarian hiburan sampai tarian penyambutan yang menarik wisatawan. Dalam pementasan legong, terdapat berbagai unsur atau komposisi yang membuatnya semakin menarik. Komposisi tersebut melibut alat musik, penari, busana, tata rias, dekorasi panggung dan sebagainya.

Gerakan Tari Legong

Terdapat 3 gerakan dasar yang termuat dalam Panititaling Pagambuhan, meliputi Agam, Tandang dan Tangkep. Penjelasan dari 3 gerakan dasar tari legong tersebut di jelaskan sebagai berikut :

1. Agam
Agam adalah gerakan dasar penari yang memerankan berbagai macam tokoh. Dalam melakukan gerakan ini, penari di tuntut mampu memerankankarakter-karakter dalam cerita tari yang diusung.

2. Tandang
Tanda ialah gerakan tari beruapa cara jalan dan gerakan lainnya. Wanita penari legong harus berjalan dan bergerak sesuai iringan gambuh. Gerakan tersebut meliputi ngelikas, ngeleog, nyelendo, nyeregseg, tandang nayog, tandang niltil, nayuh, dan agem nyamir.

3. Tangkep
Tangkep merupakan gerakan dasar yang berasal dari gabungan ekspresi pendukung. Elemen ini juga di sebut mimik wajah ketika penari memainkan kipas saat menari, antara lain:

  • Gerakan Mata: Dedeling dan Manis carengu.
  • Gerakan Leher: Gulu Wangsul, Ngurat Daun, Ngilen, Ngeliet, dan Ngotak Bahu.
  • Gerakan Jemari: Nyeliring, Girah, dan Nredeh.
  • Gerakan Saat Memegang Kipas: Nyingkel, Nyekel, dan Ngaliput.
Categories: Kebudayaan, Tarian

Mengenal Sejarah Seni Topeng

No Comments

Mengenal Sejarah Topeng

Seni topeng merupakan salah satu kesenian Bali yang sangat di kenal. Seni topeng masuk dalam seni pahat jika di lihat dari pembuatannya. Namun, seni ini juga masuk dalam seni pertunjukkan karena tari Bali umumnya memanfaatkan topeng untuk properti.

Baca juga : Tari Legong – Sejarah, Makna, & Gerakan

Kita semua tidak asing dengan yang namanya topeng. Ini adalah penutup muka yang kerap di jadikan sebagai mainan, hiburan, pajangan, dan lain sebagainya. Bahan pembuatannya beragam, mulai dari bahan kertas, kayu, hingga bahan tanah liat. Ada yang berbentuk manusia, binatang, mahluk halus, dan lainnya.

Sejarah Seni Topeng Bali

Seni tari topeng bali sudah ada sejak zaman pemerintahan raja Jaya Pangus sekitar abad X. Hal ini tertera pada kumpulan prasasti Jaya Pangus yang menyatakan bahwa ada pertunjukan yang mempergunakan alat-alat penutup muka alias topeng. Pada prasasti Blantih (1059 Masehi) juga mengungkapkan topeng sudah di kenal dan banyak di gunakan untuk pertunjukan.

Lainnya, ada prasasti Ularan Plasraya yang menyebutkan saat pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel (1460-1550) menaklukkan Kerajaan Blambangan, maka di rampaslah beberapa barang yang salah satunya adalah satu peti topeng. Tari topeng bukanlah sekadar hiburan di panggung semata. Arti tari topeng bali begitu dalam dan mengandung makna tersendiri.

Kebanyakan tari topeng di Bali bermuatan pengetahuan lokal. Umumnya ceritanya berasal dari riwayat sejarah atau kisah-kisah legenda. Bisa juga menceritakan sejarah garis keturunan kerajaan yang di bawakan dalam adegan kehidupan sehari-hari.

Jenis-jenis Topeng di Bali

Topeng Pajegan

Topeng Pajegan merupakan salah satu jenis dramatari populer di Bali yang di mainkan oleh satu pemain. Aktor ini akan memborong semua tugas-tugas yang terdapat di dalam topeng. Penari Topeng Pajegan adalah seorang pendharma wacana yang juga harus memiliki kemampuan bercerita seperti seorang dalang.

Topeng Panca

Berikutnya ada sendratari Topeng Panca yang merupakan perkembangan dari Topeng Pajegan. Ini merupakan drama tari topeng yang di tarikan oleh 5 orang penari. Awalnya tarian ini muncul di Denpasar pada tahun 1915. Selanjutnya, tarian ini berkembang menjadi Topeng Sapta. Pada tarian topeng Sapta ada tambahan penari Putri dan Condong.

Topeng Prembon

Berikutnya ada sendratari topeng Prembon. Pada tarian ini, di tampilkan tokoh-tokoh campuran yang di ambil dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres. Tarian topeng ini lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar.

Categories: Kebudayaan

Upacara Adat Bali yang Menarik dan Unik

No Comments

Upacara Adat Bali yang Menarik dan Unik

Upacara Adat di Bali – Bali tak hanya menawarkan kegiatan wisata yang menarik dan pemandangan alam yang indah. Bali yang juga di kenal dengan julukan Pulau Dewata ini juga memiliki kekayaan budaya yang sangat menarik untuk di jelajahi. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya ritual upacara adat di Bali yang menarik dan unik serta sayang untuk di lewatkan. Supaya kunjunganmu berikutnya ke Bali jadi lebih lengkap, Berikut merupakan upacara adat Bali yang menarik dan unik jangan sampe kalian lewat kan!

Baca juga :

1. Upacara Melasti

Di lakukan setiap tahun sekali sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali. Upacara Melasti bertujuan sebagai penyucian diri bagi penduduk pemeluk agama Hindu. Selama upacara adat di Bali yang diadakan tiga sampai empat hari menjelang Nyepi. Para penduduk mendatangi beberapa sumber mata air sakral seperti danau, mata air, dan laut yang di percaya menyimpan mata air kehidupan dan menyucikan diri dengan mengambil tirta amertha (keabadian).

Pada saat upacara adat di Bali satu ini berlangsung, pemangku Hindu akan memercik air suci ke kepala setiap penduduk agar membersihkan semua kotoran dan hal buruk dalam tubuh sehingga jiwa dan raga kembali suci. Untuk menjadi bagian dalam acara adat ini, kamu bisa memilih menginap di hotel-hotel yang berdekatan dengan kuil Hindu besar sekitaran daerah Kuta atau Uluwatu.

2. Upacara Mekare-kare

Upacara Mekare-kare atau di kenal juga dengan julukan “perang daun pandan” adalah ritual adat yang berasal dari Desa Tenganan. Upacara adat di Bali ini di peruntukan bagi penduduk pria dan menjadi ajang menunjukkan kemampuan mereka dalam bertarung menggunakan daun pandan berduri tajam.

Ritual adat Bali ini di gelar sebagai penghormatan atas Dewa Indra yang terkenal sebagai dewa perang dalam kepercayaan Hindu. Setelah peperangan menggunakan daun pandan ini di gelar, para partisipan akan di rawat dan di doakan oleh orang yang dituakan agar mereka tidak merasakan sakit.

3. Upacara Adat Ngerupuk

Masih termasuk dalam rangkaian acara Hari Raya Nyepi, upacara Ngerupuk di gelar dengan tujuan mengusir Bhuta Kala. Agar tidak menggangu kehidupan manusia saat sedang melakukan brata penyepian.

Upacara adat Bali ini di lakukan tepat sehari sebelum hari Nyepi tiba dan masyarakat wajib melakukan persembahan kepada Bhuta Kala. Ritual di mulai dengan mengobori rumah, menyemburi rumah serta pekarangan dengan mesiu, dan memukul benda hingga menimbulkan suara gaduh. Setelah ritual adat di Bali ini selesai, kamu bisa menyaksikan pawai ogoh-ogoh yang diarak bersama obor mengelilingi kawasan tinggal warga.

4. Upacara Ngaben

Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Berbeda dari budaya penguburan jenazah yang di lakukan ketika seseorang meninggal di daerah lain, penduduk Bali punya upacara adat Ngaben yang terkenal. Upacara ini merupakan ritual khusus yang bertujuan untuk mengantar kepergian jenazah.

Ketika upacara Ngaben di gelar, tubuh jenazah di bakar dalam rangkaian ritual megah lengkap dengan arak-arakan. Oleh karena kerumitan proses dan banyak biaya yang harus di keluarkan dalam sekali mengadakan upacara Ngaben, kamu tidak akan menjumpai upacara ini sesering upacara adat di Bali lainnya.

5. Upacara Saraswati

Upacara Saraswati di gelar untuk merayakan ilmu pengetahuan. Lewat upacara ini di Bali satu ini umat pemeluk agama Hindu. Ritual pemujaan Dewi Saraswati yang di percaya membawa ilmu pengetahuan ke muka bumi sehingga manusia menjadi terpelajar.

Semua yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan seperti buku dan kitab di doakan dalam upacara Saraswati. Tak hanya itu, dalam rangkaian upacara adat di Bali ini, kamu bisa menonton pentas tari dan pembacaan cerita hingga semalam suntuk.

Categories: Kebudayaan

5 Fakta Tari Kecak Bali, Unik dan Bikin Penasaran

No Comments

5 Fakta Tari Kecak Bali, Unik dan Bikin Penasaran

Kamu penasaran dengan fakta tari Kecak Bali? Berikut ini ada beberapa fakta tari Kecak untuk kamu simak!

1. Diciptakan oleh Wayan Limbak

Tahukah kamu siapa pencipta tari Kecak yang legendaris ini? Beliau adalah Wayan Limbak, seorang seniman tari asal Bali yang lahir pada tahun 1897. Wayan Limbak menciptakan tari Kecak bersama dengan Walter Spies, seorang seniman lukis dan musik dari Jerman. Tari Kecak muncul karena terinspirasi oleh tari Sanghyang, sebuah tarian religius untuk menolak bala. Wayan Limbak terinspirasi untuk memodifikasi tari Sanghyang menjadi tari Kecak yang bisa di perkenalkan lebih luas ke seluruh dunia.

Baca juga : Tarian Barong – Tarian Asal Bali Indonesia

2. Mengambil Cerita dari Epos Ramayana

Tari Kecak adalah sebuah tarian dengan pesan moral yang tinggi. Hal tersebut di karenakan tarian ini juga mengambil cerita dari epos Ramayana. Tari Kecak Bali mengambil bagian epos Ramayana tentang kisah Rahwana yang berusaha menculik Dewi Sinta, serta perjuangan pasukan Rama untuk menyelamatkan permaisurinya yang cantik tersebut. Tentu saja, epos Ramayana memiliki kisah dengan pesan moral tinggi, di antaranya adalah tentang keberanian, strategi, dan kesetiaan pada pasangan.

3. Tari Kecak Tidak Diiringi Alat Musik

Mungkin ini adalah salah satu hal yang paling unik terkait fakta tari Kecak. Fakta tari Kecak yang tidak di iringi alat musik sama sekali membuat banyak wisatawan tertarik untuk menyaksikan tarian ini saat berwisata ke Bali. Iringan utama dari tari Kecak adalah suara ‘cak’, ‘cak’, ‘cak’ dari para penari laki-laki yang membentuk formasi lingkaran. Tentu hal ini cukup berbeda dengan banyak tarian pada umumnya, di mana fungsi alat musik tidak tergantikan untuk menjadi pengiring utama.

4. Jumlah Penari Tak Terbatas

Salah satu keunikan yang di miliki tari Kecak adalah ketentuan jumlah penari yang tidak terbatas. Tari Kecak bisa di tarikan oleh puluhan bahkan ribuan orang. Banyaknya penari ini akan mengiringi pelakon di tengah lingkaran yang memerankan tokoh dalam epos Ramayana.

Salah satu tari Kecak dengan jumlah penari terbanyak adalah sebuah pertunjukan tari Kecak di Tanah Lot yang di  pentaskan pada tanggal 26 September 2006. Tarian ini berhasil memecahkan Rekor MURI karena di  tarikan oleh 5.000 penari.

5. Tempat Menonton Tari Kecak di Bali

Untuk kamu yang ingin menonton tari Kecak di Bali, ada beberapa tempat untuk menonton tari Kecak di Bali yang bisa kamu kunjungi. Beberapa di antara berbagai tempat menonton tari Kecak di Bali adalah di Pura Luhur Uluwatu dan Tanah Lot. Jika kamu ingin tahu lebih banyak lagi, kamu bisa membaca artikel tempat menonton tari Kecak di Bali.

Nah, karena sudah tahu beberapa fakta tari Kecak yang menarik di atas, kamu jadi makin penasaran kan untuk menonton tari Kecak langsung di Pulau Dewata?

Categories: Kebudayaan, Tarian

Tarian Barong – Tarian Asal Bali Indonesia

No Comments

Tarian Barong - Tarian Asal Bali Indonesia

Tari Barong bagi masyarakat Bali adalah salah satu tarian yang cukup terkenal. Tarian yang berasal dari Bali ini bukan hanya sekedar sebuah tarian pertunjukan namun juga ada makna unsur-unsur kepercayaan di dalamnya. Tari Barong ini menceritakan tentang mitologis gambaran binatang beruang yang memiliki kekuatan gaib dan di anggap dapat melindungi manusia.

Sejarah Tarian Barong

Tari Barong merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang melambangkan pertempuran antara kebaikan (dharma) dan keburukan (adharma). Menurut keyakinan masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu, kebaikan dan keburukan selalu berdampingan atau di sebut juga sebagai Rwa Bhineda. Kata Barong berasal dari kata bahruang yang berarti beruang.

Baca juga : 5 Fakta Tari Kecak Bali, Unik dan Bikin Penasaran

Namun menurut pendapat bahwa kata Barong itu berasal dari Jawa Kuno. Kedudukan Barong sebagai binatang mithos, perlukisan atau perwujudan dari binatang ajaib, binatang suci, suatu penciptaan dari nilai-nilai religious.

Kostum Penari

Kostum yang di akai penari Barong adalah Ket atau Keket. Kostum ini merupakan gabungan antara singa, harimau, dan lembu. Pada badan Barong dihiasi ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca dari cermin, dan di lengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini di mainkan oleh dua orang penari, satu penari mengambil posisi di bagian depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sedangkan penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor barong.

Makna Tarian

Tari Barong menceritakan tentang pertarungan antara Barong dan Rangda, juga di lengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti) serta para pengikut Rangda. Dalam tarian ini, Barong melambangkan kebaikan dimana penari menggunakan kostum binatang berkaki empat dan keburukan yang di lambangkan dengan Rangda, yaitu sosok menyeramkan dengan dua taring runcing mulutnya.

Jenis Tari Barong

Untuk setiap wilayah di Bali, sosok Barong di gambarkan dengan binatang yang berbeda-beda. Dikutip dari situs Posspika Kemdikbud, berikut jenis-jenis tari Barong.

1. Barong Ket atau Barong Keket
Barong Ket adalah sosok Barong yang wujudnya mirip manusia namun ukuran badannya cukup tinggi, kira-kira dua kali lebih tinggi badan orang dewasa. Untuk Barong laki-laki di namakan Jero Gede, sementara untuk Barong perempuan bernama Jero Luh. Konon, Barong jenis ini di buat untuk mengelabui para makhluk halus yang sering mengancam manusia.

2. Barong Bangkal
Barong Bangkal adalah sosok Barong yang wujudnya menyerupai hewan babi. Sebagai informasi, di Bali babi jantan di namakan bangkal sedangkan untuk babi betina di sebut bangkung. Maka dari itu, tarian Barong ini disebut sebagai Barong Bangkal.

3. Barong Landung (Barong Raksasa)
Barong Landung adalah tarian Barong yang di perankan oleh seorang penari. Namun pada sejumlah daerah di Bali, Barong Landung di perankan lebih dari satu orang penari. Biasanya, para penari Barong Landung mendapat peran lain seperti Mantri (raja), Galuh (permaisuri), Limbur (dayang) dan lain sebagainya.

4. Barong Macan
Barong Macan adalah tarian Barong yang wujudnya menyerupai seekor macan. Jenis tarian Barong yang satu ini cukup populer di kalangan masyarakat Bali. Sama halnya dengan tarian Barong Bangkal, tari Barong Macan di laksanakan dengan ngelawang serta di iringi musik gamelan batel.

5. Barong Asu
Barong Asu merupakan tarian Barong yang bentuknya mirip dengan anjing. Namun, tarian Barong Asu tidak sepopuler seperti tarian Barong lainnya, bahkan saat ini Barong Asu terbilang cukup langka dan hanya bisa di saksikan di daerah Tabanan dan Badung.

Categories: Kebudayaan, Tarian

Tarian Pendet – Tarian Asal Bali Indonesia

No Comments

Tarian Pendet - Tarian Asal Bali Indonesia

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak di peragakan di pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi.

Baca juga : Daftar Tempat Mistis Di Bali

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat di tarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tarian ini di ajarkan sekadar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari Putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang di bawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya di tampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.

Kontroversi Tarian Pendet 2009

Tari pendet menjadi sorotan media Indonesia karena tampil dalam program televisi Enigmatic Malaysia Discovery Channel. Menurut pemerintah Malaysia, mereka tidak bertanggung jawab atas iklan tersebut karena di buat oleh Discovery Channel Singapura, kemudian Discovery TV melayangkan surat permohonan maaf kepada kedua negara, dan menyatakan bahwa jaringan televisi itu bertanggung jawab penuh atas penayangan iklan program tersebut. Meskipun demikian, insiden penayangan pendet dalam program televisi mengenai Malaysia ini sempat memicu sentimen anti-Malaysia di Indonesia.

Fakta Tarian Pendet

1. Tarian sakral

Tari Pendet merupakan tarian tradisional Provinsi Bali. Mulanya, tarian ini merupakan tarian sakral wali atau persembahan umat Hindu ketika sembahyang di pura-pura. Seiring perkembangan zaman sekaligus mempertahankan eksistensinya, maka sejumlah seniman mengembangkan Tari Pendet. Maestro seni tari dari Bali bernama I Wayan Rindi beserta temannya bernama Ni Ketut Reneng, berhasil mengembangkan gerakan Tarian Pendet. Tanpa menghilangkan nilai sakral, kedua maestro tersebut memasukkan unsur Tari ini Dewa ke dalam Tari Pendet yang populer hingga saat ini.

2. Makna Tari Pendet

Mulanya, makna Tari Pendet adalah ungkapan rasa syukur, penghormatan, dan penyambutan kepada dewata yang turun ke bumi dalam upacara atau sembahyang umat Hindu. Tari Pendet biasanya di pentaskan di halaman pura (jeroan) atau halaman tengah (jaba tengah). Setelah di kembangkan oleh para maestro tari, maka makna Tari ini pun turut berkembang. Makna tarian yang semula terbatas sebagai bentuk pemujaan, kini berkembang menjadi balih-balihan atau tari hiburan. Oleh sebab itu, Tari ini banyak di pentaskan dalam penyambutan tamu sebagai tarian selamat datang.

3. Salah satu tarian paling tua

Dari semua jenis tarian tradisional Bali, ternyata Tari Pendet merupakan salah satu tarian yang paling tua. Tarian ini sudah ada sejak tahun 1950. Sejumlah tarian tradisional Bali lainnya meliputi Tari Kecak, Tari Barong, Tari Legong, Tari Puspanjali, Tari Trunajaya, dan sebagainya.

Categories: Kebudayaan, Tarian

Sejarah Suku Manggarai Nusa Tenggara timur

No Comments

Sejarah Suku Manggarai Nusa Tenggara timur

Manggarai adalah suatu kelompok etnis atau suku bangsa Indonesia yang berasal bagian barat pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur.

Baca juga : Daftar Suku Di pulau Dewata Bali

Sejarah Suku Manggarai

Menurut catatan sejarah, mereka secara historis di kuasai secara bergantian oleh suku Bima dari pulau Sumbawa dan suku Makassar dari pulau Sulawesi. Terdapat sekitar 500.000 orang Manggarai pada akhir abad ke-20. Saat ini perkiraan populasi suku Manggarai sekitar 1 juta orang yang tersebar di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur serta wilayah Sporadis di Sulawesi, Papua, Kalimantan dan kota kota besar di Indonesia.

Suku Manggarai adalah pemeluk Katolik Roma yang taat dan merupakan suku penyebar Agama Katolik di Indonesia, hampir seluruh (estimasi 99.9%) pupulasi suku ini memeluk Katolik Roma. Suku ini menuturkan bahasa Manggarai, sebuah bahasa yang di sebut sebagai tombo Manggarai oleh para penutur aslinya. Bahasa ini mempunyai sekitar 43 subdialek. Sistem politik mereka berdasarkan pada klan, di pimpin oleh seorang kepala klan atau raja yang di sebut raja Todo. Suku ini menerapkan sistem keturunan patrilineal, dan secara historis mereka bermukim di desa-desa, yang terdiri dari setidaknya dua klan.

Ritual

Suku Manggarai terkenal memiliki sederet upacara ritual sebagai ucapan syukur atas kehidupan yang sudah di jalani dalam periode waktu tertentu, antara lain:

  • Penti Manggarai, upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen.
  • Barong Lodok, ritual mengundang roh penjaga kebun di pusat lingko (bagian tengah kebun).
  • Barong Wae, ritual mengundang roh leluhur penunggu sumber mata air.
  • Barong Compang, upacara pemanggilan roh penjaga kampung pada malam hari.
  • Wisi Loce, upacara yang di lakukan agar semua roh yang di undang dapat menunggu sejenak sebelum puncak acara Penti.
  • Libur Kilo, upacara mensyukuri kesejahteraan keluarga dari masing-masing rumah adat.

Suku Ini juga mempunyai olahraga tradisional yang di sebut caci, pertarungan saling pukul dan tangkis dengan menggunakan pecut dan tameng yang di mainkan oleh dua orang pemuda di sebuah lapangan luas. Pertunjukan caci di awali dengan pentas tarian Danding, sebelum para jago cacicc beradu kebolehan memukul dan menangkis. Tarian itu biasanya di sebut juga sebagai Tandak Manggarai, yang di pentaskan khusus hanya untuk meramaikan pertarungan caci.

Categories: Kebudayaan, Suku

Daftar Suku Di pulau Dewata Bali

No Comments

Daftar Suku Di pulau Dewata Bali

Indonesia terkenal dengan berbagai pulau dengan keragaman budayanya. Negeri Khatulistiwa ini juga di berkati dengan keragaman suku, ras dan agama yang hidup berdampingan dengan damai. Banyak banget suku di Indonesia yang menghuni setiap pulau dari Sabang sampai Merauke. Dalam satu pulau saja, kadang ada lebih dari satu atau dua suku. Nah, kali ini kita bakal membahas soal suku-suku yang mendiami Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Nah apa saja sih suku yang ada di Pulau Bali dan Nusa Tenggara? Yuk simak ulasannya wisatakulinerbali berikut ini :

1. Suku Bali

Sesuai dengan nama pulaunya, Suku Bali merupakan mayoritas penduduk yang mendiami Pulau Dewata. Mereka sering menyebut dirinya sebagai Wong Bali, Anak Bali, atau Krama Bali. Terdapat hampir 3,9 juta penduduk Suku Bali di Indonesia.

Baca juga : Sejarah Suku Manggarai Nusa Tenggara timur

Terkenal dengan budayanya yang unik dan beraneka ragam, hampir semua Wong Bali berkecimpung di dunia seni. Seperti tari, pertunjukan, dan seni ukir. Bahkan, untuk kegiatan sehari-hari pun mereka tetap berkarya sebagai seniman. Ada yang melukis, menyanyi, memahat, dan ada juga yang bermain lakon.

2. Suku Bali Nyama Selam

Nggak cuma suku Bali, Suku Nyama Selam juga mendiami Pulau Bali. Kata Nyama artinya Saudara, sementara Selam adalah Islam. Jadi Suku Nyama Selam merupakan suku yang menganut agama Islam dan mendiami Pulau Bali. Mereka juga masih menjalankan tradisi budaya Bali lho.

Antara Suku Nyama Selam dan Suku Bali, mereka punya tradisi bersama yang di beri nama Ngejot. Meski berbeda keyakinan, tradisi ini di lakukan untuk saling membantu dan berbagi makanan saat Hari Raya tiba. Suku Nyama berbagi makanan saat Idul Fitri dan Suku Bali berbagi makanan saat Hari Raya Galungan, Kuningan, ataupun Nyepi.

Tradisi Ngejot biasanya di lanjutkan dengan tradisi Megibung. Di mana tradisi ini merupakan makan bergaya Banjar dengan menikmati makanan bersama-sama dalam satu wadah.

3. Suku Bali Sumbawa

Suku Sumbawa merupakan suku yang mendiami barat dan tengah Pulau Sumbawa yang tinggal di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat. Bahasa yang di gunakan adalah Bahasa Samawa. Mayoritas masyarakat Suku Sumbawa menganut agama Islam. Berikut merupakan suku-suku yang ada di Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Selain tradisi yang unik, suku-suku tersebut juga memiliki berbagai bahasa yang berbeda-beda. Sangat melambangkan Indonesia sebagai Bhineka Tunggal Ika nih.

4. Suku Dompu

Suku Dompu berdomisili di Nusa Tenggara Barat dan tersebar di empat kecamatan yaitu Huu, Kempo, Kilo, dan Dompu. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Mbojo atau lebih di kenal dengan Bima Nggahi Mbojo. Tapi, nggak sedikit yang menggunakan bahasa Bali, Sasak, maupun Melayu.

Dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, Suku Dompu memandang Ulama sebagai orang yang sangat baik dengan pendidikan tinggi dan kehidupan yang layak. Pekerjaan umum Suku Dompu adalah petani, peternak, pedagang dan nelayan.

5. Suku Sasak

Suku terkenal yang mayoritas tinggal di Lombok adalah Suku Sasak. Agama suku sasak ini mayoritas memeluk agama Islam. Suku Sasak memiliki banyak tradisi unik yang masih di lestarikan hingga saat ini.

Salah satu tradisinya adalah di mana pengantin perempuan di bawa ke rumah pengantin laki-laki sebelum menikah. Tradisi ini di sebut pelarik atau pelarian. Saat melangsungkan tradisi ini, orang tua mempelai wanita tidak tahu bahwa anaknya pergi ke rumah mempelai pria. Namun, pastinya orang tua sudah tahu jika sang putri akan segera menikah.

Categories: Kebudayaan, Suku

5 Aktivitas Ibadah Masyarakat Hindu Bali Sehari-hari

No Comments

5 Aktivitas Ibadah Masyarakat Hindu Bali Sehari-hari

Setiap umat beragama memiliki aktivitas ibadah yang rutin di lakukan. Bagi umat Islam, ibadah rutin tersebut adalah menjalankan salat 5 waktu. Masyarakat Hindu Bali pun punya aktivitas rutin yang sama. Aktivitas ibadah masyarakat Hindu Bali tersebut memperlihatkan sosok religius yang begitu membedakan orang Bali dengan penduduk dari pulau lain.

Baca juga : Tempat Wisata Di Denpasar Bali Terbaru

Aktivitas ibadah masyarakat Hindu Bali yang di lakukan setiap hari menjadi bukti keimanan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aktivitas tersebut mereka lakukan dengan pengharapan terhadap perlindungan serta berkah Tuhan. Nah, berikut ini adalah 5 aktivitas ibadah rutin masyarakat hindu Bali yang dimaksudkan:

1. Aktivitas Ibadah Mesodan

Setiap rumah masyarakat Hindu Bali akan memiliki pelinggih atau sanggah yang menjadi tempat stana Dewa. Di situ, Anda akan menjumpai cangkir kecil yang di dalamnya terdapat kopi dengan di sertai beragam jenis jajan. Persembahan yang di sebut dengan mesodan ini merupakan tradisi ketika pagi hari.

Saat melakukan persembahan, masyarakat Hindu Bali juga melengkapinya dengan canang dan dupa. Tidak ketinggalan, mereka juga melafalkan mantra persembahan dan di sertai gerakan ngayap, yakni gerakan maju mundur pada jari. Ketika sore hari, persembahan yang di sebut dengan sodan tersebut akan di ambil kembali.

2. Aktivitas Ibadah Mesaiban

Aktivitas ibadah harian selanjutnya di sebut mesaiban. Tradisi ini dilakukan dengan menempatkan nasi dan lauk di atas potongan daun kecil yang kemudian di tempatkan di luar rumah. Mereka akan melakukan aktivitas ini setelah proses memasak di lakukan dan sebelum makan. Ibadah masyarakat Hindu Bali yang satu ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah pangan yang telah mereka peroleh.

3. Mejejaitan

Mejejaitan merupakan aktivitas yang di lakukan oleh masyarakat Hindu Bali sebagai sarana untuk membuat keperluan keagamaan. Ibadah Mejejaitan di buat dengan beberapa bahan, seperti slepan atau daun kelapa tua, busung atau daun kelapa muda, semat yang berasal dari irisan bambu kecil, dan ibung yang memiliki bentuk seperti daun lontar. Ibadah Mejejaitan biasanya hanya di lakukan oleh perempuan. Bahkan, cara pembuatan jejaitan di ajarkan sejak kecil.

4. Metanding

Metanding merupakan cara pengaturan sesajen yang kemudian di gunakan untuk upacara keagamaan.
Ibadah Metanding canang yang menjadi Kegiatan ibadah masyarakat Hindu Bali sehari-hari biasanya di buat dengan jejaitan daun pisang yang kemudian di beri taburan bunga di bagian atasnya.

Proses pembuatan petanding biasanya di lakukan oleh lebih dari satu orang. Apalagi, ketika metanding yang di buat begitu kompleks, menandakan adanya pelaksanaan upacara besar. Selain itu, metanding bagi masyarakat Bali merupakan kemampuan yang wajib di miliki oleh perempuan Bali.

5. Mebanten Canang

Mebanten canang merupakan aktivitas ibadah masyarakat Hindu Bali yang di lakukan sebelum persembahyangan. Ketika melakukan ibadah ini, di perlukan bahan-bahan seperti canang, tirta, dupa, serta bunga yang di tempatkan pada pelinggih. Tidak ketinggalan, Anda juga akan mendapati permen atau biskuit kecil sebagai persembahan.

Aktivitas ibadah yang satu ini juga di lakukan oleh setiap orang yang beragama Hindu. Jadi, Anda tidak hanya akan menjumpai perempuan Bali yang tengah melakukan aktivitas mebanten canang. Ada pula laki-laki yang melakukan ibadah harian yang satu ini.

Categories: Ibadah, Kebudayaan

Tarian Puspanjali – Makna, Gerakan, & Pola Lantai

No Comments

Tarian Puspanjali - Makna, Gerakan, & Pola Lantai

Tari Puspanjali merupakan Tari khas Bali. Tari Puspanjali termasuk ke dalam tari kreasi baru di mana tarian ini di mainkan secara berkelompok. Biasanya jumlah pemain berkisar antara 5 sampai 7 orang penari perempuan. Asal usul nama Tari Puspanjali yakni berasal dari dua kata, puspa dan anjali. Di mana puspa memiliki arti bunga dan anjali memiliki arti penghormatan. Artinya tarian ini memiliki makna sebagai penghormatan kepada para tamu yang di umpakan dengan sebuah bunga.

Baca juga : Mengenal Sejarah Tari Kecak & Asalnya

Tarian Puspanjali ini menggambarkan bagaimana tuan rumah menghormati tamu mereka. Asal usul nama itu tentunya tak akan lepas dari sejarah. Sejarah Tari ini ada karena permintaan dari Ibu Titik Soeharto saat pembukaan olahraga wanita sedunia. Untuk membuka acara tersebut maka di buatlah sebuah Tari sebagai penyambutan kepada tamu yang datang.

Sejarah Tarian Puspanjali

Seperti yang telah di singgung bahwasanya Tari ini lahir atas permintaan Ibu Titik Soeharto. Saat itu, di mana beliau yang menjabat sebagai ketua panitia pembukaan olahraga wanita sedunia. Untuk membuka acara tersebut beliau meminta di buatkan sebuah Tari. Tari penyambutan itu harus memiliki waktu uang singkat sekitar 3-5 menit. Untuk memenuhi permintaannya, beliau menujuk seorang penata Tari yang terkemuka dari Bali yang bernama N.L.N Swasthi Widjaja Bandem. Kemudian, saat menciptakan Tari tersebut Ibu Swasthi di bantu dengan Bapak I Nyoman Winda yang merupakan Seniman karawitan dari Bali.

Berkat perpaduan keduanya, terciptalah sebuah Tari yang memiliki koreografi dan iringan musik yang sempurna bernama Tari Puspanjali. Tarian ini kemudian kerap di tampillkan dalam berbagai kegiatan untuk menyambut tamu-tamu penting. Tidak hanya itu, tarian Puspanjali ini pun biasa di gunakan sebagai sarana hiburan saja. Namun, di masa sekarang Tari Puspanjali mulai memasuki bidang pendidikan. Di mana Tari ini menjadi materi dasar dalam pembelajaran Tari Bali pada anak-anak usia dini.

Gerakan Tarian Puspanjali

Gerakan pada Tari ini di awali dengan gerakan kepala khas Bali. Kemudian gerakkan kepala di ikuti sambil berjalan dengan kedua tangan yang berada di depan dada. Selanjutnya, gerakan mempertenukan kedua pangkal pergelangan tangan. Di mana tangan berada di atas sedangkan tangan kiri berada di bawah.

Untuk gerakan selanjutnya yakni para penari berjalan di tempat dengan posisi tangan masih di depan dada. Gerakan ini merupakan simbol ucapan selamat datang kepada para tamu. Setelah itu, para penari akan melenggok dan memutar dengan posisi tangan sedikit di angkat hingga ke bagian bahu.

Gerakan ini menyimbolkan keramahan masyarakat Bali kepada para tamu yang berkunjung. Sementara itu, untuk ekspresi, penari akan menampilkan senyuman serta gerak mata khas Bali atau nyledet. Nylede ini merupakan gerakan mengangkat alis sedikit dengan bola mata bergerak sesuai ritme musik.

Pola Lantai Puspanjali

Umumnya, Tari Puspanjali menggunakan pola lantai segitiga, lingkaran serta garis diagonal. Hal ini tergantung dengan jumlah penari yang akan tampil. Namun, biasanya penari pada tari ini berjumlah 5 sampai 7 orang. Maka dari itu, saat memainkan tarian di butuhkan satu orang penari yang berada di tengah sebagai titik tengah.

Properti Tari Puspanjali
Selain penggunaan busana biasanya penari juga di lengkapi dengan aksesoris atau properti pada bajunya. Untuk penari puspanjali biasanya menggunakan selendang di salah satu pundaknya. Selain itu, terkadang juga menggunakan ikat pinggang. Pada bagian kepala penari akan diberi onggar-onggar atau hiasan bunga. Di dalam onggar-onggar biasanya akan di lengkapi dengan beberapa bunga mas cempaka yang imitasi dan dua untaian semanggi.

Musik Iringan Tari Puspanjali
Seperti tari Bali lainnya, iringan musik yang di gunakan dalam tari puspanjali adalah gamelan khas Bali. Selain itu, di gunakan pula gending yang bisa di putar melalui gawai ataupun di mainkan langsung oleh para pemusik gamelan Bali. Para pemusik gamelan Bali biasa di sebut dengan gambelan. Gambelan atau rincikan tersebut biasanya terdiri dari alat musik gong, suling, kenong, kendang, jiyeng dan lain sebagainya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pemutaran musik biasanya juga melalui via digital.

Busana dan Tata Rias Tari Puspanjali
Untuk busana yang digunakan penari sama seperti busana pada Tari Bali lainnya. Di mana menggunakan pakaian berupa tapih dengan bagian bawah di prada dan disarung serta steples polos dengan warna senanda sesuai dengan tapih dan kain prada serta sarung yang digunakan. Untuk riasan, rambut para penari biasanya disasak dan menggunakan pusung lungguh magonjer.

Categories: Kebudayaan, Tarian

Mengenal Sejarah Tari Kecak & Asalnya

No Comments

Mengenal Sejarah Tari Kecak Dan Asalnya

Salah satu seni menari yang di miliki dan perlu di lestarikannya adalah Tari Kecak. Tarian ini mempunyai cerita, sejarah, hingga filosofi tarian khasnya. Tarian tersebut berasal dari Pulau Bali. Pulau yang terkenal akan destinasi wisata yang cukup banyak tersebut, memiliki tarian yang unik bernama Kecak. Dengan keunikan menjadikan tarian tersebut di sukainya oleh beberapa masyarakat pendatang yang berminat untuk mempelajarinya. “Cak, Cak, Cak” itulah suara khas yang biasa kamu dengar ketika melihat pertunjukan Tarian Kecak Bali. Tarian Kecak ini merupakan sebuah seni drama tari yang di perankan oleh 50 sampai 150 orang penari.

Asal Tari Kecak

Tarian Kecak yaitu salah satu satu tarian yang cukup populer di Pulau Bali. Tak hanya terkenal saja, tarian ini biasanya juga di gunakan sebagai upacara penyambutan tamu, maupun upacara keagamaan.

Baca juga : Tarian Puspanjali – Makna, Gerakan, & Pola Lantai

Nah, namun, tahukah kamu bagaimana asal dari Tari Kecak pada zaman dulu hingga bisa menjadi cukup populer saat ini? Berikut pembahasan selengkapnya mengenai asal tarian kesenian tradisional bernama Tarian Kecak. Tari Kecak merupakan salah satu tarian yang berasal dari Bali. Tarian Bali  ini di sebut juga dengan nama Tari Api atau Tari Cak.

Gerakan tari ini adalah tarian pertunjukan hiburan massal. Tarian ini di pentaskan oleh beberapa penari laki-laki, dengan mengenakan kain penutup kotak-kotak berwarna hitam putih seperti bentuk dari papan catur.

Tarian ini di mainkan tanpa menggunakan iringan iringan alat musik berupa gamelan. Dengan duduk secara berbaris membentuk pola lingkaran dan di iringi seruan irama berbunyi “cak, cak, cak” seraya mengangkat kedua tangan. Tarian tersebut merupakan salah satu tarian sakral. Tampak dari penari yang terbakar api, tetapi mereka tidak mengalami kesakitan dan tidak terbakar justru mereka menjadi kebal terhadap api.

Makna dari Gerakannya

1. Mengandung Nilai Seni yang Tinggi
Walaupun tidak di iringi dengan musik maupun alunan gamelan, Tari Kecak tetap tampak indah dan kompak. Gerakan yang dibuat oleh para penari tersebut, dapat tetap seirama. Itulah yang menjadikannya bernilai seni tinggi dan di sukai oleh para wisatawan.

2. Belajar Mengandalkan Kekuatan Tuhan
Pada tari Kecak, terdapat adegan di mana Rama meminta pertolongan pada Dewata. Hal ini membuktikan bahwa Rama mempercayai adanya kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya. Tarian Kecak juga di percaya sebagai salah satu ritual guna memanggil dewi yang dapat mengusir penyakit dan melindungi masyarakat dan kekuatan jahat yang datang.

3. Banyak Pesan Moral
Tari Kecak mempunyai cerita yang cukup mendalam dan menyampaikan beberapa pesan moral bagi para penglihatnya. Misalnya, kesetiaan Shinta terhadap suaminya yaitu Rama. Serta Burung Garuda yang rela mengorbankan sayapnya demi menyelamatkan Shinta dari cengkeraman Rahwana.

Categories: Kebudayaan, Tarian Tags: Tag: , ,

Upacara Ngaben Beserta Jenisnya

No Comments

Upacara Ngaben Beserta Jenisnya

Mengenal Upacara Ngaben

Upacara Ngaben mungkin sudah menjadi istilah yang tidak asing bagi kalian. Banyak masyarakat yang tidak berasal dari Pulau Bali tetapi mengetahui keberadaan Upacara Ngaben karena terbilang unik dan tidak lumrah di temukan di berbagai daerah di Indonesia. Topik ini juga masuk ke dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) saat bersekolah.

Meskipun begitu, masih banyak orang menganggap bahwa Ngaben merupakan proses kremasi orang meninggal yang di lakukan secara besar-besaran. Namun, kenyataannya jauh dari pemikiran seperti itu. Upacara Ngaben lebih dari sekadar membakar mayat saja.

Pada dasarnya, Ngaben merupakan ritual yang di percaya oleh masyarakat Pulau Dewata untuk mengembalikan roh orang yang sudah meninggal kembali ke alam asalnya dengan lebih cepat di bandingkan dengan penguburan biasa lewat tanah.

Baca juga : Kebudayaan Bali – Keberagaman & Ciri Khas

Berdasarkan etimologi, kata “ngaben” sendiri konon berasal dari kata “ngabu” yang bisa di artikan sebagai “menjadi abu”. Hal ini tentunya sesuai dengan prinsip dasar Ngaben, di mana mayat seseorang akan di bakar sampai tidak tersisa apapun dari badannya dan akan menjadi abu.

Masyarakat Pulau Bali, yang mayoritas merupakan umat Hindu, punya kepercayaan bahwa terdapat 5 komponen untuk membentuk badan manusia. 5 komponen ini di sebut juga dengan istilah “Panca Maha Bhuta” atau dalam istilah modern lebih di kenal dengan sebutan “elemen klasik”.

Kelima komponen Panca Maha Bhuta ini adalah pertiwi atau zat padat, apah atau zat cair, teja atau zat panas, bayu atau angin, dan akasa atau ruang hampa. Kelima komponen tersebut jika menjadi satu akan membentuk tubuh manusia yang nantinya akan di isi oleh sebuah roh atau di sebut dengan istilah “Atma” dalam kepercayaan Hindu.

Jenis Upacara Ngaben

Sawa Wedana
Istilah Upacara Ngaben yang pertama mungkin menjadi istilah paling umum di bandingkan dengan istilah lainnya. Ini di karenakan Ngaben Sawa Wedana merupakan jenis Upacara di mana seseorang yang nantinya akan di kremasi masih memiliki tubuh fisik. Sampai Upacara di mulai, tubuh jenazah akan di usahakan agar tidak membusuk.

Asti Wedana
Berbeda dengan Ngaben Sawa Wedana sebelumnya, Ngaben Asti Wedana merupakan jenis Upacara yang di lakukan setelah jenazah di kubur. Biasanya, jenazah yang akan di kremasi hanya berupa tulang-belulang yang tersisa pasca di gali dari makam dia berada.

Swasta
Swasta artinya Upacara Ngaben yang di lakukan tanpa ada adanya jenazah untuk di kremasi. Hal ini tidak jarang terjadi, mengingat ada sejumlah peristiwa di mana jenazah bisa menghilang atau tidak di temukan seperti adanya kecelakaan pesawat atau peristiwa terorisme. Jenazah ini nantinya akan di ganti berupa lukisan atau foto jenazah dengan kayu cendana replika jenazah.

Ngelungah
Ngelungah merupakan jenis Upacara Ngaben pertama yang di dasarkan oleh kategori usia seseorang. Pada Ngelungah, Upacara berarti di adakan untuk anak-anak yang belum tanggal gigi atau berganti gigi susu. Dengan ini, bisa di simpulkan bahwa jenazah anak yang akan di kremasi biasanya berkisar usia 5-6 tahun.

Warak Kruron
Jenis Upacara terakhir yang akan kita bahas adalah Warak Kruron. Jika Ngelungah di atas akan mengkremasi anak-anak berusia sekitar 5-6 tahun, Warak Kruron akan mengkremasi anak-anak yang masih berusia 3-12 bulan, atau masuk ke dalam kategori bayi.

Categories: Kebudayaan

Kebudayaan Bali – Keberagaman & Ciri Khas

No Comments

Kebudayaan Bali - Keberagaman & Ciri Khas

Kebudayaan Bali

Kebudayaan Bali yang di maksud seperti dalam laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ialah tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus. Berikut adalah Macam Kebudayaan Bali :

1. Kebudayaan Bali Rumah Adat

Saat berada di Bali, detikers pasti akan melihat banyak bangunan yang khas. Rumah adat ini bisa di lihat, baik di desa maupun kota. Bahkan ada desa yang sekampung memiliki bentuk rumah yang sama.

Baca juga : Upacara Ngaben Beserta Jenisnya

Upacara Ngaben Beserta Jenisnya

Rumah adat Bali menggunakan filosofi Tri Hita Karana yang artinya harmoni antara manusia dengan manusia, harmoni dengan alam, harmoni dengan Tuhannya. Orang Bali pun sangat memperhatikan setiap bagian rumah, mulai dari atap yang biasanya berbentuk limasan atau segitiga, bahan baku, struktur, hingga ornamen-ornamen rumah yang khas Bali.

Di kutip dari detikTravel, ada 10 rumah adat di Bali, yaitu aling-aling, angkul-angkul, bale manten, bale dauh, bale sekapat, klumpu jineng, pura keluarga, bale gede, pewarengan dan lumbung.

2. Kebudayaan Bali Tradisi Lisan

Tradisi lisan ini di antaranya terkait sejarah lisan, dongeng, cerita rakyat. Di Bali, ada beberapa cerita terkenal, antara lain kisah Ni Calon Arang. Kisah ini sebetulnya berasal dari Kediri yang bercerita tentang Ni Calon Arang yang memiliki putri cantik bernama Diah Ratna Mengali. Calon Arang ini memiliki ilmu hitam dan bisa menjadi leak. Hal ini membuat orang takut melamar anaknya. Calon Arang marah dan menebar penyakit di seluruh tempat.

Cerita lainnya mengenai Kebo Iwa atau yang berarti paman kerbau. Di lansir detikBali dari dongengceritarakyat.com, dia di namai demikian karena nafsu makannya yang luar biasa sejak bayi. Suatu ketika, warga tidak bisa menyediakan makanan hingga membuat Kebo Iwa marah dan mengancam akan menghancurkan seisi desa.

Warga pun berjanji akan memberikan banyak makanan namun Kebo Iwa harus menggali tanah. Warga terus memberikannya makanan dan Kebo Iwa juga terus menggali tanah hingga sangat luas dan akhirnya memancarkan air. Air itu kemudian memenuhi tanah galian dan menenggelamkan Kebo Iwa. Kisah itulah yang konon menjadi awal mula terbentuknya Danau Batur.

3. Pakaian Adat

Bali juga memiliki pakaian adat yang khas, dilansir Wolipop dari buku ‘Tata Rias Pengantin Bali’ (Gramedia Pustaka Utama, 2020) yang di tulis oleh Dr. Dra. A.A. Ayu Ketut Agung, M.M. dan Ade Aprilia, ada tiga tingkatan pakaian adat Bali beserta tata riasnya untuk pengantin.

Pertama ialah Payas Nista, yakni pakaian adat Bali yang di anggap sederhana, biasanya di pakai kasta terendah (sudra atau jaba). Kedua, Payas Madya, yakni untuk tingkat menengah dengan model lebih mewah. Ketiga, Payas Agung, tampilannya paling mewah dan lengkap. Payas Madya dan Payas Agung bisa di gunakan oleh golongan Triwangsa (Brahmana, Ksatrya dan Wesia).

4. Alat Musik Tradisional

Alat musik dari Bali di antaranya ialah seperangkat gamelan yang terdiri dari berbagai alat musik. Jenis gamelan ini pun beragam, misalnya gamelan gong kebyar, gamelan palegongan, angklung, gambang, selonding, ada pula gamelan yang terbuat dari bambu seperti rindik, jegog, dan suling. Selain itu, ada juga gangsa, gender, reong, terompong, gong, kendang dan ceng-ceng.

5. Ritus

Ritus atau upacara adat di Bali ini juga menjadi menjadi daya tarik wisata karena bisa di saksikan masyarakat umum. Di kutip dari detikTravel, satu yang paling terkenal ialah upacara ngaben atau upacara pembakaran jenazah. Kemudian ada melasti atau upacara penyucian diri dengan mendatangi sumber air yang biasanya di lakukan sebelum Nyepi.

Upacara lainnya ialah Galungan yang di lakukan untuk memperingati terciptanya alam semesta dengan cara di rumah bersembahyang di rumah atau ke Pura sekitar. Kemudian ada upacara Kuningan biasanya berdekatan dengan hari raya Galungan. Tradisi dalam Kuningan ialah menyiapkan persembahan berwarna kuning.

Categories: Kebudayaan Tags: Tag: , ,